Agregat Sebagai Material Penyusun Beton

Product Research and Standardization WSBP

Ditayangkan :

September 18, 2023
14:51
5
(2)
Share on facebook
Share on twitter
Share on linkedin
Share on telegram
Share on whatsapp
Share on email

Sumber foto: pexels.com

Agregat merupakan material alami atau buatan yang berfungsi sebagai bahan campuran beton. Agregat menempati +70% volume beton, sehingga sangat berpengaruh terhadap sifat apapun kualitas beton, sehingga pemilihan agregat merupakan bagian yang penting untuk pembuatan beton.Agregat digolongkan menjadi 2 macam, yaitu agregat alam dan agregat buatan.

Agregat alam merupakan agregat yang bentuknya alami, terbentuk berdasarkan aliran air sungai dan degradasi. Agregat yang terbentuk dari aliran air sungai berbentuk bulat dan licin. Sedangkan agregat buatan merupakan agregat yang berasal dari hasil sambingan pabrik-pabrik semen dan mesin pemecah batu.

Dalam setiap pekerjaan kontruksi apapun, agregat merupakan hal yang sangat penting. Untuk itu diperlukan pemahaman yang lebih mengenai agregat supaya menghasilkan kontruksi yang baik dan berkualitas.

Menurut Silvia Sukirman (2003), agregat merupakan butir-butir batu pecah, kerikil, pasir atau mineral lain, baik yang berasal dari alam maupun buatan yang berbentuk mineral padat berupa ukuran besar maupun kecil (fragmen-fragmen) yang berfungsi sebagai bahan campuran atau pengisi dari suatu beton.

Sedangkan menurut Tjokrodimulyo (1992) agregat umumnya digolongkan menjadi 3 kelompok, yaitu:

1. Batu, untuk besar butiran lebih dari 40mm
2. Kerikil, untuk besar butiran antara 5mm sampai 40mm
3. Pasir, untuk butiran antara 0,15mm sampai 5mm

Jenis agregat yang digunakan sebagai bahan susunan beton adalah agregat halus dan agregat kasar.

1. Agregat Halus
Merupakan agregat yang lolos pada ayakan 4,75 mm. Menurut Nevil (1997), agregat halus merupakan agregat yang besarnya tidak lebih dari 5 mm, sehingga pasir dapat berupa pasir alam atau berupa pasir dari pemecahan batu.

Agregat halus berbentuk butiran halus yang memiliki kealusan 2 mm – 5 mm ini dapat berupa pasir alami, hasil pecahan dari batuan secara alami, atau berupa pasir buatan yang dihasilkan oleh mesin pemecah batu yang biasa disebut abu batu.

Agregat ini tidak boleh mengandung lumpur lebih dari 5%, serta tidak mengandung zat-zat organik yang dapat merusak beton. Kegunaannya adalah untuk mengisi ruangan antara butir agregat kasar. Adapun persyaratan agregat halus secara umum menurut SNI-03-6821-2002 adalah sebagai berikut:

1. Agregat halus terdiri dari butir-butir tajam dan keras.
2. Butir-butir halus bersifat kekal, artinya tidak pecah atau hancur karena faktor cuaca. Sifat kekal agregat halus dapat diuji dengan larutan jenuh garam. Jika dipakai natrium sulfat maksimum bagian yang hancur adalah 10% berat.
3. Agregat halus tidak boleh mengandung lumpur lebih dari 5% (terhadap berat kering), jika kadar lumpurnya melebihi 5% maka pasir harus di cuci.

Agregat halus harus mempunyai susunan besar butir dalam batas-batas berikut:

Ukuran Ayakan Lubang
(mm)
Persen Lolos Kumulatif
9.6 100
4.8 95 – 100
2.4 80 – 100
1.2 50 – 85
0.6 25 – 60
0.13 10 – 30
0.15 2 – 10

2. Agregat Kasar

Agregat kasar adalah agregat yang butirannya lebih besar dari 5 mm atau agregat yang semua butirannya dapat tertahan diayakan 4,75 mm. Agregat kasar untuk beton dapat berupa kerikil sebagai hasil dari disintegrasi dari batu-batuan atau berupa batu pecah yang diperoleh dari pemecahan manual atau mesin.

Agregat kasar harus terdiri dari butiran-butiran yang keras, permukaan yang kasar. Agregat harus memenuhi syarat kebersihan yaitu, tidak mengandung lumpur lebih dari 1%, dan tidak mengandung zat-zat organik yang dapat merusak beton.

Menurut Tjokrodimulyo (1996), beberapa faktor yang harus diperhatikan pada saat pemilihan untuk pekerjaan campuran beton, yaitu bentuk agregat: Bentuk agregat dipengaruhi oleh dua sifat, yaitu kebulatan dan sperikal. Kebulatan atau ketajaman sudut ialah sift yang dimiliki yang tergantung pada ketajaman relatif dari sudut dan ujung butir.

Sedangkan sperikal adalah sifat yang tergantung pada rasio anatara luas bidang permukaan butir dan volume butir. Bentuk butiran agregat lebih berpengaruh pada beton segar dari pada setelah beton mengeras. Berdasarkan bentuk butiran agregat dapat dibedakan menjadi, bulat, tidak beraturan, bersudut, memanjang, pipih, panjang dan pipih.

a. Bulat
Umumnya agregat ini berbentuk bulat atau bulat telur. Permukaannya agak licin, pengaruh gesekan selama transportasi terbawa arus air. Pasir atau kerikil jenis ini umunya berasal dari sungai atau pantai.

b. Tidak Beraturan
Bentuk alamnya tidak beraturan, atau sebagian terjadi karena pergeseran dan mempunyai sisi tepi bulat. Pasir atau kerikil jenis ini biasanya berasal dari sungai, darat, atau dari lahar gunung.

c. Bersudut
Bentuk ini tidak beraturan memiliki sudut-sudut yang tajam dan permukaannya kasar. Yang termasuk jenis ini adalah semua yang dihasilkan dari alat mesin pemecahdari berbagai jenis batu.

d. Memanjang
Butir agregat dikatakan memanjang jika panjangnya melebihi kedua sisi dimensi lainnya atau panjang lebih dari tiga kali lebarnya.

e. Pipih
Disebut pipih jika tebalnya jauh lebih kecil darikedua dimensi lainnya.Biasa disebut pipih bila tebalnya kurang dari sepertiga lebar. Agregat ini berasal dari batuan-batuan yang berlapis.

f. Panjang dan Pipih
Material yang panjangnya melebihi lebarnya dan lebarnya melebihi tebalnya.

Apakah artikel ini bermanfaat untukmu?

Klik pada bintang untuk memberikan penilaian!

Rating rata-rata 5 / 5. Banyaknya rating: 2

No votes so far! Be the first to rate this post.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Artikel Terkait