Sumber foto: pexels.com
Beton merupakan campuran semen, kerikil, dan pasir yang diaduk dengan air. Campuran tersebut memiliki perbandingan tertentu yang disesuaikan dengan fungsi dan tujuan pembuatan beton tersebut.
Perekatan oleh semen yang dicampur dengan air akan mengikat agregat kasar maupun halus melalui pengisian rongga-rongga. Oleh karena itu, perbandingan campurannya harus diperhitungkan dengan baik sehingga kualitas beton yang dihasilkan baik dan sesuai dengan peruntukannya.
Dalam beton konstruksi, ada lima bahan komposisi beton yang lazim digunakan dalam satu meter kubik, yaitu air, semen, agregat halus, agregat kasar, dan udara.
1. Air
Dalam beton, karakteristik air yang digunakan harus bersih, tidak berwarna, dan tidak berbau, diutamakan air bersih yang dapat diminum. Air yang tidak dapat diminum masih dapat digunakan dalam campuran beton dengan syarat memiliki kuat tekanan 90% dari air yang baik pada umur tujuh hari (berdasarkan SNI 7974-2013).
Kandungan air dalam komposisi beton sekitar 9 persen/m3.Untuk menjaga mutu beton tetap baik atau sesuai dengan mutu yang direncanakan, pemakaian air harus sesuai dengan JMF yang digunakan. Apabila ada kelebihan pemakaian air, maka akan merubah komposisi perbandingan air dengan semen yang dapat mengakibatkan turunnya mutu beton. Sedangkan apabila penggunaan airnya kurang dari target maka terjadi penurunan workability pada beton, yang dapat mengakibatkan beton sulit untuk dikerjakan dan hasil pekerjaan bisa menjadi keropos.
2. Semen
Sejauh ini, ada lima tipe semen berdasarkan kegunaannya, yaitu tipe I standar, tipe II tahan sulfat dan panas hidrasi sedang, tipe III kekuatan awal tinggi, tipe IV panas hidrasi rendah, dan tipe V ketahanan terhadap sulfat tinggi.
Sebagai perekat, sebaiknya komposisi semen berada di sekitar 15%.Pemakaian semen yang berlebih akan menaikan kuat tekan beton, akan tetapi seiring dengan bertambahnya volume semen maka panas hidrasi pada beton akan semakin tinggi yang dapat mengakibatkan retak (thermal crack) pada beton. Apabila semen yang digunakan terlalu sedikit maka mutu beton akan semakin mengalami penurunan.
3. Agregat halus
Agregat halus merupakan salah satu material yang volumenya cukup besar dalam komposisi beton, apabila dalam 1 m3 beton mengalami kelebihan agregat halus, maka beton tersebut akan membutuhkan air yang cukup banyak yang dapat membuat penurunan mutu beton.
Sedangkan bila agregat halus terlalu sedikit beton akan menjadi kasar dan akan timbul keropos saat akan diaplikasikan. Dalam beton, komposisi agregat halus berada sekitar 35%.
4. Agregat kasar
Agregat kasar adalah material yang memiliki volume paling banyak dalam 1 m3 beton. Oleh karena harus secara tepat menentukan komposisi agregat kasar ini, karena apabila terlalu banyak akan menyebabkan beton menjadi sangat kasar atau kaku sehingga apabila diaplikasikan dapat menyebabkan keropos pada struktur beton.
Sedangkan apabila kurang dapat menyebabkan beton menjadi halus (sandy) yang dapat menyebabkab penggunaan air bertambah dan mutu beton menjadi turun. Komposisi agregat kasar terbesar dalam campuran beton, yaitu sekitar 40%.
5. Udara
Udara adalah komponen yang secara sengaja atau tidak disengaja ada di dalam kandungan beton. Dalam kondisi normal kandungan udara dalam beton adalah 0,7% hingga 1%.
Apabila terlalu banyak udara didalam beton, ini menunjukan bahwa beton tersebut tidak padat dan terlalu banyak void. Setiap kenaikan kandungan udara 1% dapat menunjukan penurunan kuat tekan beton sebesar 5%.Kandungan udara dalam beton mempengaruhi kekuatan dan kecepatan pembekuannya. Oleh karena itu, dalam komposisi beton per 1 m3, udara diharapkan hanya 1%.
Apabila dalam proses produksi beton, semua komponen yang disebutkan tadi dipenuhi dan sesuai dengan spesifikasinya, maka akan menghasilkan bermutu tinggi, kuat tekan yang baik, tahan terhadap abrasi, cuaca dan lingkungan yang agresif.
Apakah artikel ini bermanfaat untukmu?
Click on a star to rate it!
Rating rata-rata 5 / 5. Banyaknya rating: 2
No votes so far! Be the first to rate this post.